Cari Blog Ini

Sabtu, 22 Mei 2010

Bahaya sikap acuh tak acuh terhadap al-Qur'an


Al Qur'an adalah petunjuk bagi manusia, khususnya umat islam. Keteguhan memegang Al Qur'an akan membawa kebahagiaan, sedangkan berpaling dari Al Qur'an akan membawa kehancuran.
Namun masih banyak umat Islam yang acuh tak acuh terhadap al-Qur'an. Kondisi manusia yang kurang peduli kepada al-Quran itu pernah diadukan Rasulullah, "Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Qur'an ini suatu yang tidak diacuhkan atau tidak diperhatikan" (QS. Al-Furqan: 30).

Di antara bentuk ketidak acuhan manusia kepada Al-Qur'an adalah:
1.Tidak sudi mendengarkan lantunan ayat suci al-Qur'an. Ketika al-Qur'an tengah dikumandangkan, kita saksikan banyak orang yang tidak mau mendengarkannya, mereka lebih mementingkan kesibukannya dan agenda acaranya dari pada dia mendengarkan al-Qur'an. Padahal Allah sudah mengingatkan: "Dan apabila dibacakan Al Qur'an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat." (7: 204). Orang yang tidak mau mendengarkan al-Qur'an bahkan menyuruh orang lain agar tidak mendengarkan al-Qur'an sama dengan orang-orang kafir yang melarang kaumnya mendengarkan al-Qur'an. (41: 26). 
2.Tidak beriman dan tidak membenarkannya. Orang yang beriman kepada al-Qur'an harus beriman kepada seluruh isi al-Qur'an secara keseluruhan, tidak secara parsial. (2: 85). Kenyataannya ada sebagian umat islam yang hanya beriman kepada sebagian ayat saja dan tidak beriman kepada sebagian ayat yang lain. Bahkan ada yang menyalahkan isi al-Qur'an. Ada juga yang berani melecehkan kesucian al-Qur'an. Orang-orang yang seperti ini adalah orang-orang yang tidak beriman kepada al-Qur'an. Orang-orang kafir menyebut al-Qur'an sebagai sebuah dongeng saja, dan hal ini adalah suatu bentuk pelecahan terhadap al-Qur'an. Ada sebagian mereka yang mengatakan bahwa al-Qur'an didapat Rasulullah dengan cara didikte oleh umat yang lain. (25: 5) 
3.Tidak mentadabbarui, mempelajari dan mengamalkan isinya. Al-Qur'an memiliki makna yang sangat dalam, setiap ayat yang dibaca membawa petunjuk. Apabila ditadabburi, dan difahami maka al-Qur'an akan benar-benar menjadi petunjuk dari kegelapan. Mengamalkan isi al-Qur'an adalah konsekwensi logis bagi seorang mukmin yang beriman kepadanya. Apabila al-Qur'an hanya dibaca saja, tidak pernah ditadabburi, dipelajari dan diamalkan, maka tidak akan jauh dari tujuan.
Oleh karena itu, sebagai umat terbaik, hendaknya kita mampu menjadikan al-Qur'an sebagai petunjuk dan pengatur dalam kehidupan ini, menjadikannya sebagai undang-undang yang harus dipatuhi segala aturannya. Cara interaksi kita dengan al-Qur'an adalah dengan membaca, mempelajari, mentadabburi, mengajarkan dan mengamalkannya.
Akan tetapi kalau kita jauh dari al-Qur'an maka kita termasuk orang yang diadukan Rasulullah yaitu sebagai orang-orang berpaling dari al-Qur'an dan akan mengakibatkan dampak dan menimbulkan bahaya yang sangat menakutkan. Di antara bahaya yang akan menimpa orang berpaling dari Al Qur'an adalah sebagai berikut:
a. Hidup dalam kesesatan yang nyata
Orang yang tidak beriman kepada Al Qur'an, menjauhinya akan semakin jauh dari kebenaran, jauh dari norma-norma ilahi dan manusiawi, dan akan semakin jauh sehingga akan sulit kembali. Ia akan semakin disesatkan Allah dari jalan yang benar. Imannya sesat, pikirannya sesat, pendidikannya sesat, moralnya sesat, cara berdagangnya sesat, cara bermasyarakatnya sesat. Allah berfirman:
"Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata." (QS. Al-Ahzab: 36)
b. Hidup dalam kegelisahan dan gundah gulana
Al Qur'an adalah kitab yang akan memberikan ketenangan kepada siapa saja yang mau membacanya atau mendengarnya. Al Qur'an adalah kitab yang tidak pernah membosankan untuk dibaca. Al Qur'an tidak akan pernah basi di telinga para pendengarnya. Jangankan bagi orang yang beriman, orang kafirpun ketika mendengarkan lantunan ayat-ayat suci Al Qur'an akan merasakan ketenangan dan banyak yang mendapat hidayah darinya. Ketenangan dan kebahagiaan adalah sesuatu yang sangat didambakan setiap manusia. Dan itu akan dapat diraih dengan cara berinteraksi dengan Al Qur'an dengan intens, membacanya dengan penuh tadabbur, menghafalkannya dengan penuh semangat. Allah berfirman:
"Barang siapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barang siapa yang dikehendaki Allah  kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman." (QS. Al-An'am: 126)
c. Hidup dalam kesempitan
Dunia ini sangat luas, tetapi dunia yang sangat luas ini akan terasa sempit bagi mereka yang dirundung duka. Dunia ini akan menjadi lapang apabila hidup kita bersinergi dengan keinginan Al Qur'an. Orang kafir adalah sosok manusia yang menganggap dunia ini sempit, karena hidupnya jauh dari Al Qur'an, sehingga kesempitanlah yang didapatnya. Allah berfirman;
"Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta." (QS. Thaha: 124)
d. Mendapat kerugian di dunia dan akhirat
Hidup di dunia hanya sekali. Setali mati, kita tidak akan kembali. Kalau orang beriman di dunianya mungkin banyak yang miskin alias rugi, tetapi masih ada harapan untuk mendapat keuntungan di akhirat. Tetapi orang yang jauh dari Al Qur'an, tidak akan mendapatkan keuntungan sama sekali baik di dunia maupun di akhirat, yang ia dapat adalah kerugian dan kebangkrutan. Allah berfirman:
"Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan  berada di tepi; maka jika ia memperoleh kebaikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana,  berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata." (QS. Al-Hajj: 11)
e. Hatinya keras dan suka melakukan kefasikan
Hati adalah motorik penggerak semua anggota tubuh manusia. Hati adalah organ tubuh manusia yang sangat Vital, ialah yang paling menentukan arah kebijakan tubuhnya. Jika hatinya bersih, maka anggota tubuhnya akan diperintakan melakukan banyak ketaatan dan kebaikan. Tetapi kalau hatinya busuk, maka amal perbuatannyapun jadi busuk. Maka hati ini harus senantiasa dirawat dan dijaga, diberi konsumsi yang terbaik, dan konsumsi hati terbaik adalah dzikir kepada Allah yang di antaranya adalah dengan membaca Al Qur'an. Allah berfirman:
"Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik." (QS. Al-Hadid: 16)
f. Hidup dalam kehinaan
Manusia diciptakan dalam bentuk yang terbaik. Allah sangat memuliakan anak cucu Adam. Tetapi, kemuliaan itu akan berubah menjadi kehinaan, apabila tidak disertai dengan dzikir kepada Allah. Al Qur'an adalah kitab yang penuh dengan dzikir Allah, bahkan Al Qur'an itu sendiri adalah dzikir, karena barangsiapa yang mau membacanya maka ia akan mendapatkan pahala yang berlimpah. Orang yang jauh dari Al Qur'an akan dihinakan oleh Allah, baik di mata Allah maupun di mata makhluknya, tidak ada izzah dalam dirinya, karenanya dirinya adalah budak dari setan yang menjadi musuh umat manusia sepanjang masa. Orang yang mengikuti setan dan tidak mau mengikuti Al Qur'an akan mendapat kehinaan sama dengan setan yang dihinakan Allah. Allah berfirman:
"Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada,  kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan.  Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar.  Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas." (QS. Ali Imran 112)
g. Mudah diperdaya setan
Setan adalah musuh umat manusia sepanjang masa, ia bersedia dimasukkan ke dalam neraka, asal diperbolehkan mencari teman. Teman setan adalah mereka yang mudah diperdaya karena tidak memiliki benteng. Sedangkan benteng paling kuat untuk menangkal tipu daya setan adalah Al Qur'an. Maka kalau kita ingin tidak terpedaya oleh tipuan setan, hendaknya kita dekat dengan Al Qur'an. Allah berfirman:
"Barang siapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al Qur'an), Kami adakan baginya setan (yang menyesatkan) maka setan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya." (QS. Az-Zukhruf: 36) Wallahu A'lam. Catatan: Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Sabiliâ
Akrab dengan Al Quran, Yuk!Hati yang bersih, tidak akan pernah kenyang dengan Al Quran.
Dug!! Terasa ada yang menusuk di dalam dada saya, saat membaca ungkapan ulama salaf tersebut. Berkali saya mencoba untuk memberikan alasan untuk berkelit kenapa gak sering berakrab dengan Al Quran. Sibuk ikut kajian, sering ikut aktivitas keislaman dan kegiatan sosial, sibuk belajar untuk pretest praktikum, responsi dan banyak lagi alasan yang lain. Tapi terakhir, benar-benar saya sadari bahwa segalanya tadi cuma sekadar alasan yang saya buat-buat. Lha bagaimana tidak? Berbagai aktivitas duniawi yang begitu banyak, kok bisa dengan mudah saya jalankan Kajian keislaman dan aktivitas dakwah yang jadwalnya sedemikian padat, juga sedemikian gampang saya lalui. Sementara membaca Al Quran yang hanya butuh beberapa jam atau menit seringkali saya tinggalkan. Yah, kasus demikian ini banyak ditemukan pada mayoritas kaum muslimin hari ini. Baik yang awam maupun para aktifis dakwahnya. Untuk yang disebut terakhir ini tentu lebih memprihatinkan lagi. Kesibukan-kesibukan dakwah, mengajak ke jalan Allah, adalah aktivitas kebaikan yang lebih banyak menjadikan orang lain sebagai obyek. Sebenarnya ada obyek lain yang lebih penting dan perlu pertama kali untuk diajak kepada Allah sebelum yang lain. Benar sekali, obyek itu adalah diri kita sendiri. Bukankan sangat lucu, jika kita teriak-teriak mengajak untuk dekat kepada Allah sementara kita sendiri pun jauh dari Allah dan tak kenal padaNya? Nah, orang yang berdakwah mestinya tak melupakan perbaikan hubungan pribadinya pada Allah.
Ya, berakrab-akrab dengan Al Quran adalah salah satu caranya.
Para ulama salaf adalah teladan yang mesti kita ikuti dalam hal ini. Tak sekadar membaca Al Quran saja. Bahkan mereka menghapal, mentadabburi sekaligus mempraktekkan kandungan ayat yang mereka hapalkan. Akhirnya, mereka pun meraih kedudukan yang sangat agung. Kita yang mengaku mengikuti para salaf, semestinya mengikuti contoh teladan mereka.
Yuk, berakrab-akrab dengan Al Quran lagi! Bahagia dengan Al Quran...
Baca komik, melalap novel, baca roman percintaan, baca majalah lawan jenis, dan lain-lain, dan sebagainya. Begitu mungkin jawaban yang lebih sering muncul jika ditanya, buku bacaan apa yang sering dan paling disenangi untuk dibaca. Hmm,..jawaban yang mungkin bagi kebanyakan orang dianggap biasa, sah-sah saja untuk diucapkan. Padahal, beragam bacaan yang sering kita konsumsi tak bisa dielakkan akan turut membangun pribadi kita. Beragam sajian informasi yang ada di buku bacaan memenuhi benak dan hati. Satu remaja diantara seribu yang boleh jadi akan menjawab bahwa bacaan utamanya adalah Al Quran, kalam Allah.
Yah, bagaimana mungkin akan senang membaca, kalau ternyata masih banyak kawula muda kita tak melek baca Al Quran
Apalagi, lingkungan kita memang lebih banyak menjauhkan diri dari mengenal lebih dekat dengan firman Allah yang mulia itu. “Saya tak suka dengan orang yang fanatik, demikian kata sebagian remaja. Baca Al Quran, mengaji, dan dekat-dekat dengan masjid berarti fanatik. La haula wala quwwata illa billah, memprihatinkan bukan? Ini bukan sesuatu yang aneh ditemukan di negeri ini yang mayoritas penduduknya mengaku sebagai orang muslim.
Fenomena ditinggalkannya Al Quran oleh masyarakat tentu harus diubah
Banyak orang yang tak paham bahwa kebahagiaan yang hakiki tak mungkin diraih bila jauh dari Al Quran. Kebahagiaan yang dicapai dengan selain Al Quran pada hakikatnya adalah tipuan yang hanya bernilai sesaat dan tak kekal.
Remaja manapun yang ingin jadi orang bahagia maka ia harus semakin mendekat pada Al Quran bukan malah meninggalkannya.
Rasulullah saw. bersabda:
Sesungguhnya Allah akan mengangkat derjat suatu kaum dengan al-Qur'an ini dan dengannya pula Allah menjatuhkan kaum yang lain. (HR Muslim)
"Dan apabila dibacakan Al quran, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat".(QS. 7:204)
FENOMENA AL QUR'AN
Ketika seseorang mempelajari Al Qur'an dengan seksama, dia akan menemukan nilai-nilai kebenaran yang tiada bandingnya. Al Qur'an adalah mata kebenaran yang tidak pernah kering sepanjang masa. Pelepas dahaga bagi ulama, penjelas  bagi fuqoha dan penerang jalan ghuroba. Al Qur'an juga merupakan obat yang tak meninggalkan sakit, cahaya yang tidak memberi tempat bagi kegelapan dan ikatan kokoh yang tidak mudah terlepaskan serta benteng yang tak pernah rapuh pertahanannya. Al Qur'an juga cahaya yang tak pernah padam apinya, lautan dalam yang tak terjangkau dasarnya, atau jalan yang takkan tersesat siapa yang menitinya serta taman yang takkan pernah bosan seseorang berada didalamnya.Namun demikian, adakalanya orang tidak dapat merasakan terangnya cahaya mentari atau makan lezat yang dihidangkan. Hal itu bukan karena mentari atau makanannya yang salah, akan tetapi manusianya yang sedang sakit mata atau pahit dimulutnya. Anehnya, seringkali bukan mata atau mulut yang diobati, tapi matahari dan makanan yang disalahkan. Demikian pula halnya dengan Al Qur'an. Betapa banyak orang yang mengambil ilmu, hikmah, serta ibroh darinya. Namun ada juga orang yang meninggalkan atau menjauhkan Al Qur'an sebagaimana disampaikan Rasul :'Ya Rabb, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Qur'an ini sesuatu yang tidak diacuhkan.' [QS 25:30]
http://ccc.1asphost.com/assalamtafsir/Alquran_Tafsir.asp?SuratKe=25&No=30#30
Imam Ibnul Qoyyim menjabarkan makna hajr [tak acuh] adalah sebagai berikut :
Tidak beriman kepadanya dan tidak mendengarkannya.
Tidak mengamalkan isinya dengan tidak memperhatikan halal haram yang ada pada nya, meskipun dia membaca dan beriman padanya.
Tidak menjadikannya sebagai hakim [penentu] dan tidak menjadikannya sebagai pedoman dan penunjuk jalan dalam seluruh aspek kehidupan.
Tidak mentadabburi dan memahami serta mengetahui isinya, sebagaimana yang diinginkan oleh Allah.
Tidak menjadikannya penawar bagi setiap penyakit yang ada di hati seperti syirik, nifaq, hasad dll.
Al Qur'an adalah kekuatan. Dia lebih tajam dari pedang dan lebih kokoh dari batu karang. Namun, kekuatan Al Qur'an harus diimbangi oleh kekuatan nafs [diri]. Ketika Al Qur'an dibawa oleh Nabi Muhammad saw dan sahabatnya, mereka mampu menjadi umat terbaik sepanjang sejarah peradaban manusia. Tetapi ketika dia dibawa oleh si kerdil, yang terlihat hanyalah lembaran-lembaran tak bernyawa dan tulisan  yang tak bermakna. 'Sesungguhnya Al Qur'an ini memberikan petunjuk kepada [jalan] yang lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal sholeh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.' [QS 17:9] http://ccc.1asphost.com/assalamtafsir/Alquran_Tafsir.asp?SuratKe=17&No=9#9
Dua hal yang hendaknya diperhatikan saat bermu'amalah dengan Al Qur'an :
1.Membaca Al Qur'an sambil memahami dan mentadabburi maknanya.
Ali bin Abi Thalib berkata : 'Tidaklah baik, ibadah yang tidak dilandasi dengan fiqih dan  qiroah yang tidak diiringi dengan tadabbur.'Allah pun mempertanyakan orang yang membaca Al Qur'an tanpa tadabbur dengan firmannya : 'Maka apakah mereka tidak mentadabburi Al Qur'an ataukah hati  mereka terkunci?' [QS 47:24]

2.Mengamalkan akhlaq al Qur'an. Diantara akhlaq al Qur'an adalah :
al 'afw [pemaaf]
al Karom [dermawan]
at Tawadhu [tahu diri atau rendah hati]
al I'tibar [mengambil 'ibroh atau pelajaran]
ash shabr [sabar]
Al Qur'an adalah sumber kedamaian dan kebahagiaan. Rasulullah saw, sahabat  beliau serta generasi setelah mereka telah menemukan dan membuktikannya. Al Qur'an yang kita pegang sama dengan Al Qur'an yang mereka baca dan amalkan. Yang berbeda adalah antara kita dengan mereka. Namun jika kita ingin mengulang kisah sukses mereka, itu terserah kepada kita. Bukankah sarana yang mereka miliki juga ada pada kita ? Semoga Allah membuka hati kita dalam rangka membaca, memahami, mentadabburi, dan mengamalkan kitab-Nya. Amiin. (Taken from Bulletin Jumat IMSA.  ARTIKEL - Ahad, 4 Mei 2003)
sumber: http://labbaik.multiply.com/journal/item/95

BILA AL-QURAN MULAI BEBICARA
Waktu engkau masih kanak-kanak kau laksana kawan sejatiku
Dengan wudu', Aku kau sentuh dalam keadaan suci, Aku kau pegang
Aku, kau junjung dan kau pelajari
Aku engkau baca dengan suara lirih atau pun keras setiap hari
Setelah selesai engkau menciumku mesra

Sekarang engkau telah dewasa
Nampaknya kau sudah tak berminat lagi padaku
Apakah Aku bahan bacaan usang yang tinggal sejarah...?
Menurutmu, mungkin aku bahan bacaan yang tidak menambah pengetahuanmu
Atau, menurutmu aku hanya untuk anak kecil yang belajar mengaji
Sekarang, Aku tersimpan rapi sekali;
sehingga engkau lupa di mana Aku tersimpan
Aku sudah engkau anggap hanya sebagai pengisi setormu.

Kadang kala Aku dijadikan mas kawin agar engkau dianggap bertaqwa
Atau Aku kau buat penangkal untuk menakuti iblis dan syaitan
Kini Aku lebih banyak tersingkir, dibiarkan dalam kesendirian , kesepian.
Di dalam almari, di dalam laci, aku engkau pendamkan.
Dulu...pagi-pagi...surah-surah yang ada padaku engkau baca beberapa halaman.
Di waktupetang, Aku kau baca beramai-ramai bersama temanmu di surau.....

Sekarang...seawal pagi sambil minum kopi...engkau baca surat khabar dahulu
Waktu lapang engkau membaca buku karangan manusia
Sedangkan Aku yang berisi ayat-ayat yang datang dari Allah Azzawajalla,
Engkau engkau abaikan dan engkau lupakan...

Waktu berangkat kerja pun kadang engkau lupa baca pembuka surah2ku(Bismillah).
Di dalam perjalanan engkau lebih asyik menikmati musik duniawi
Tidak ada kaset yang berisi ayat Allah yang terdapat di dalam keretamu
Sepanjang perjalanan,radiomu selalu tertuju ke stasiun radio kesukaanmu Mengasyikkan.

Di meja kerjamu tidak ada Aku untuk kau baca sebelum kau mulai kerja
Di Komputermu pun kau putar musik favoritmu
Jarang sekali engkau putar ayat-ayatku.........
E-mail temanmu yang ada ayat-ayatku pun kau abaikan
Engkau terlalu sibuk dengan urusan dunia mu
Benarlah dugaanku bahawa engkau kini sudah benar-benar hampir melupaiku

Bila malam tiba engkau tahan bersekang mata berjam-jam di depan TV.
Menonton siaran televisi
Di depan komputer berjam-jam engkau betah duduk
Hanya sekedar membaca berita murahan dan gambar sampah
Waktupun cepat berlalu.........
Aku semakin kusam dalam laci-laci mu
Mengumpul debu atau mungkin dimakan hama

Seingatku, hanya awal Ramadhan engkau membacaku kembali
Itupun hanya beberapa lembar dariku.
Dengan suara dan lafadz yang tidak semerdu dulu
Engkaupun kini terangkak-rangkak ketika membacaku
Atau waktu kematian saudara atau taulan mu

Bila engkau di kubur sendirian menunggu sampai kiamat tiba
Engkau akan diperiksa oleh para malaikat suruhanNya
Apakah TV, radio ,hiburan atau komputer dapat menolong kamu?
Yang pasti ayat-ayat Allah s.w.t yang ada padaku menolong mu
Itu janji Tuhanmu, Allah s.w.t

Sekarang engkau begitu enteng membuang waktumu...
Setiap saat berlalu...
Dan akhirnya.....
kubur yang setia menunggu mu...........
Engkau pasti kembali, kembali kepada Tuhanmu

Jika Aku engkau baca selalu dan engkau hayati...
Di kuburmu nanti....
Aku akan datang sebagai pemuda gagah nan tampan.
Yang akan membantu engkau membela diri
Dalam perjalanan ke alam akhirat.
Dan Akulah "Al-Qur'an",kitab sucimu
Yang senantiasa setia menemani dan melindungimu.

Peganglah Aku kembali.. .. bacalah aku kembali aku setiap hari.
Karena ayat-ayat yang ada padaku adalah ayat-ayat suci.
Yang berasal dari Allah Azzawajalla
Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Pemurah
Yang disampaikan oleh Jibril melalui Rasulmu
Keluarkanlah segera Aku dari almari, lacimu.......
Letakkan aku selalu di depan meja kerjamu.
Agar engkau senantiasa mengingat Tuhanmu.
Sentuhilah Aku kembali...

Baca dan pelajari lagi Aku....
Setiap datangnya pagi, petang dan malam hari walau secebis ayat
Seperti dulu.... Waktu engkau masih kecil
Di surau kecil kampungmu yang damai
Jangan aku engkau biarkan aku sendiri....
Dalam bisu dan sepi....
Maha Suci Allah, yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Kita Dan Al Qur'an
AL-Quran Berbicara Tentang Al-Quran 
1.Al-Qur’an Merupakan Obat dan Rahmat Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian (QS. 17:82)
2.Al-Qur’an adalah Petunjuk dan Cahaya. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhoan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus. (QS. 5:16)
3.Al-Qur’an Merupakan Kabar Gembira bagi Orang-Orang Beriman, bahwa Mereka Memperoleh Pahala yang Besar. Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar. (QS. 17:9)
4.Al-Qur’an Merupakan Hikmah yang Amat Agung. Demikianlah (kisah Isa), Kami membacakannya kepada kamu sebagian dari bukti-bukti (kerasulannya) dan (membacakan) Al-Qur’an yang penuh hikmah. (QS. 3:58)
5.Al-Qur’an Merupakan Peringatan dan Pelajaran. Maka beri peringatanlah dengan Al-Qur’an orang yang takut kepada anca-man-Ku. (QS. 50:45) Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Rabbmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS. 10:57)
6.Al-Qur’an adalah Ruh dan Kehidupan Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu ruh/wahyu (Al-Qur’an) dengan perintah Kami.
7.Al-Qur’an Merupakan Samudra Ilmu Pengetahuan dan Penjelasan Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatu apapun di dalam Al-Kitab, kemudian kepada Rabblah mereka dihimpunkan. (QS. 6:38) "Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam Al-Qur’an ini bermacam-macam perumpamaan. Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah. (QS. 18:54) Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang berserah diri. (QS. 16:89)
8.Allah Telah Bersumpah dengan Al-Qur’an dan Menyifatinya dengan Kemuliaan. Qaaf Demi Al-Qur’an yang sangat mulia. (QS. 50:1) Selanjutnya Allah memerintahkan hambaNya untuk mempelajari Al-Qur’an, dan Dia menyifati orang yang tidak mau mempelajari Al-Qur’an sebagai orang yang gelap hatinya dan buta nuraninya. Maka apakah mereka tidak memper-hatikan Al-Qur’an ataukah hati mereka terkunci. (QS. 47:24) Apa yang telah disebutkan di atas merupakan penjelasan tentang betapa agung dan mulianya keberadaan Al-Qur’an, serta besarnya keutamaan orang yang menaruh perhatian terhadapnya, baik itu dengan membaca, menghafal, mempelajari, memahami serta mengamalkan serta mengajarkannya. Keutamaan Mempelajari Al-Qur’an dan Mengajarkannya  Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman, Berkatalah orang-orang kafir, Kamu bukan seorang yang dijadikan Rasul. Katakanlah, Cukuplah Allah menjadi saksi antaraku dan kamu dan antara orang yang mempunyai ilmu Al-Kitab. (QS. 13:43). Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam telah bersabda, Orang terbaik di antara kalian adalah yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya. (HR. Al-Bukhari)
Keutamaan Membaca Al-Qur’an
"Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi," (QS. 35:29). Nabi telah bersabda, Bacalah oleh kalian Al-Qur’an, sesungguhnya ia akan datang pada Hari Kiamat sebagai pemberi syafaat bagi yang membacanya. (HR. Muslim) Orang yang mahir membaca Al-Qur’an, maka dia bersama para malaikat yang mulia dan baik-baik dan orang yang membaca Al-Qur’an dengan terbata-bata serta ia mengalami kesulitan, maka baginya dua pahala.(Muttafaq ‘alaih). Tentang pahala kebaikan yang diberikan kepada orang yang membaca Al-Qur’an, Nabi juga telah menjelaskan dengan sabdanya :
Barang siapa yang membaca satu huruf dari Al-Qur’an, maka ia mendapatkan satu kebaikan, dan satu kebaikan dilipatkan menjadi sepuluh kali lipat. Tidaklah aku mengatakan bahwa alif laam miim satu huruf, tetapi alif satu huruf, laam satu huruf dan miim satu huruf. (HR.At-Tirmidzi ia mangatakan,Hasan shahih) Beliau juga bersabda tentang orang yang tidak pernah membaca Al-Qur’an, Sesungguhnya orang yang di dalam hatinya tidak terdapat sesuatu dari Al-Qur’an, ibarat rumah kosong dan rusak. (HR. At-Tirmidzi dan ia berkata, Hasan Shahih)
Adab-Adab Membaca Al-Qur’an
Mengikhlaskan niat dalam membaca Al-Qur’an semata-mata karena Allah, sebagaimana juga yang dituntut dalam ibadah-ibadah yang lain.
Bersuci dan bersiwak sebelum membaca Al-Qur’an.
Jangan membaca Al-Qur’an di tempat-tempat kotor, seperti kamar mandi/tempat wudhu dan jangan membacanya dalam keadaan junub.
Berlindung kepada Allah dari syetan ketika memulai membaca-nya yaitu mengucap ta’awudz atau isti’adzah.
Membaca basmallah pada setiap permulaan surat, kecuali surat At-Taubah.
Membaguskan bacaan Al-Qur’an sesuai kemampuan, juga hendak-nya membaca dengan memelas, khusyu’ dan disertai tangisan.
Bersujud ketika melewati ayat-ayat Sajadah.
Menghentikan bacaan ketika ke luar angin, menguap dan merasa ngantuk.
Membaca Al-Qur’an dengan tartil dengan memperhatikan hukum-hukum dalam ilmu tajwid.
Membaca Al-Qur’an dengan niat untuk mengamalkannya dan meng-gambarkan seolah-olah Allah sedang berfirman dengan bacaan tersebut.
Disunnahkan bagi yang membaca Al-Qur’an, ketika melewati ayat-ayat tentang rahmat supaya memohonnya kepada Allah, dan berlindung kepada-Nya tatkala melewati ayat-ayat adzab.
Sikap Muslim terhadap Al-Qur’an 
Apabila kita mau memperhatikan keadaan kita saat ini, maka akan di dapati bahwa masih banyak di antara kita yang amat jauh dari Al-Qur’an, bahkan ada yang begitu amat jauh dari petunjuk dan pengajaran yang ada di dalamnya. Masih amat banyak di antara mereka yang tidak mau membaca Al-Qur’an seluruhnya, sebagian lagi ada yang membacanya hanya ketika waktu shalat saja, ada pula yang membacanya hanya ketika dalam kondisi kepepet atau kesulitan. Tak jarang pula di antaranya ada yang membaca, namun tidak mau mentadaburi dan memperhatikan isinya, atau membacanya tapi tidak mau mangamalkannya. Bahkan yang paling parah adalah ada di antaranya yang mendustakan sebagian ayat-ayatnya dan selalu mempermasalahkannya. Ia katakan bahwa ayat-ayat tersebut sudah tidak relevan lagi dengan kehidupan masa kini, ketinggalan zaman dan tidak cocok untuk diterapkan. Tidak diragukan lagi bahwa sikap semacam ini adalah kekufuran yang nyata, dan bukan merupakan jalannya orang-orang Mukmin.
Ada beberapa bentuk sikap menjauhi Al-Qur’an, di antaranya sebagaimana dijelaskan oleh Imam Ibnul Qayim adalah sebagai berikut:
Tidak mau mendengarkan, mengimani dan perhatian terhadapnya.
Tidak mau mengamalkannya, dan tidak menerima apa yang dihalalkan dan apa yang diharamkan, meskipun ia membaca dan percaya kepadanya.
Tidak mau berhukum dan memutuskan perkara dengannya, baik dalam masalah ushul (pokok) agama maupun cabang-cabangnya.
Tidak mau mentadaburi, memahami serta mempelajari apa yang dikehendaki oleh Allah dalam firman tersebut.
Tidak mau mempergunakannya sebagai penyembuh dan obat bagi berbagi penyakit hati.
Keseluruhan yang telah tersebut di atas, masuk pada kategori firman Allah, Berkatalah Rasul, Ya Rabbku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al-Qur’an ini sesuatu yang tidak diacuhkan. (QS. 25:30)
Dan bentuk-bentuk hajr (ketidakpedulian) tersebut antara satu dengan yang lain berbeda-beda tingkatannya. Demikian semoga Allah memasukkan kita semua sebagai ahli Al-Qur’an, orang suka membacanya, mendengar-kan dan mentadaburinya untuk kemu-dian mengamalkannya, amin ya Rabbal˜alamin.
Sumber : Buletin, Haluna Maal Qur’an, Al-Qism, Al-Ilmi Darul Wathan. www.alsofwa.or.id
Keutamaan membaca Qur’an

Keutamaan Al-Qur’an yang terbesar bahwa ia merupakan kalam Allah SWT. Al-Qur’an adalah kitab yang diturunkan dengan penuh berkah. Al-Qur’an memberikan petunjuk manusia kepada jalan yang lurus. Tidak ada keburukan di dalamnya, oleh karena itu sebaik-baik manusia adalah mereka yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.
Rasulullah SAW bersabda, Sebaik-baik orang diantara kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.(HR. Bukhori).
Rasulullah SAW selalu membaca Al-Qur’an. Beliau juga suka mendengarkan bacaan dari sahabatnya, khususnya sahabat Ibnu Mas’ud. Beliau berlinang air matanya bila membaca dan mendengarkan bacaan Al-Qur’an, seperti yang dikisahkan dalam sebuah hadist dari Ibnu Mas’ud: Suatu ketika Rasulullah SAW meminta Ibnu Mas’ud untuk membacakan Al-Qur’an. Ibnu Mas’ud berkata: Ya Rasulullah, bagaimanakah saya membacakan untukmu, padahal Al-Qur’an diturunkan kepadamu? Dijawab nabi SAW: Saya ingin mendengar dari orang lain. Ibnu Mas’ud berkata, Maka saya bacakan surat An Nisa hingga sampai pada ayat Fa kaifa idzaa jina min kulli ummatin bisyahidin waji’na bika ‘ala ha’ula’i syahiida (Bagaimanakah jika Kami telah mendatangkan untuk setiap ummat saksinya dan Kami jadikan engkau sebagai saksi atas semua ummat itu).
Nabi bersabda, Cukuplah sampai di sini. Saya menoleh melihat nabi SAW sedang bercucuran air mata. {HR. Bukhori dan Muslim}.
Sahabat Rasulullah SAW juga selalu membaca Al-Qur’an. Ketika mereka menemukan ayat yang berkaitan dengan azab Allah, mereka membacanya berulang-ulang hingga berlinang air mata. Abu Bakar RA, jika beliau menjadi imam ketika sholat, maka akan terdengar isakan tangis beliau.
Suatu ketika seorang sahabat ingin ke pasar mendapati Asma binti Abu Bakar membaca salah satu ayat diulang-ulang sambil menangis. Ketika sahabat tersebut kembali dari pasar, ia masih membaca ayat yang sama sambil menangis.
Itulah sikap Rasulullah SAW dan para sahabatnya ketika membaca Al-Qur’an. Kita sebagai ummat dan sebagai generasi penerusnya berusaha untuk bersikap seperti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya ketika membaca Al-Qur’an.
Banyak keutamaan yang telah diraih oleh Rasulullah SAW dan sahabatnya disebabkan mereka banyak membaca dan merenungkan isi kandungan Al-Qur’an. Bahkan diantara sahabat Rasulullah SAW ada yang menyaksikan dan merasakannya secara langsung. Diantara keutamaan membaca Al-Qur’an, yaitu:
Akan mendapat rahmat dan kasih sayang dari Allah SWT, Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya Allah mempunyai 2 ahli diantara manusia. Sahabat bertanya, Siapakah mereka itu wahai Rasulullah? Beliau menjawab, Ahli Al-Qur’an adalah ahli Allah, dan orang-Nya khusus. (HR Ahmad dan Ibnu Majah)
Dalam hadist yang lain, Rasulullah SAW bersabda: Dikatakan kepada orang yang berteman dengan Al-Qur’an, Bacalah dan bacalah sekali lagi serta bacalah dengan tartil, seperti yang dilakukan di dunia, karena manzilah-mu terletak di akhir ayat yang engkau baca. (HR Tirmidzi)
Al-Qur’an akan menjadi penolong di hari kiamat, Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya Al-Qur’an bertemu pembacanya pada hari kiamat saat kuburannya dikuak, dalam rupa seorang laki-laki yang pucat. Dia (Al-Qur’an) bertanya, apakah engkau mengenalku? Dia menjawab, aku tidak mengenalmu! Al-Qur’an berkata, Aku adalah temanmu, Al-Qur’an, yang membuatmu kehausan pada siang hari yang panas dan membuatmu terjaga pada malam hari. Sesungguhnya pedagang itu mengharapkan hasil dagangannya, dan sesungguhnya pada hari ini aku adalah milikmu dari hasil seluruh perdaganganmu, lalu dia memberikan hak milik orang itu Al-Qur’an dengan tangan kanan dan memberikan keabadian dengan tangan kirinya, lalu di atas kepalanya disematkan mahkota yang berwibawa, sedangkan Al-Qur’an mengenakan 2 pakaian yang tidak kuat disangga oleh dunia. Kedua pakaian ini bertanya, Karena apa kami engkau kenakan? Ada yang menjawab: Karena peranan Al-Qur’an. Kemudian dikatakan kepada orang itu, Bacalah sambil naik ketingkatan-tingkatan syurga dan biliknya, maka dia naik sesuai dengan apa yang dibacanya, baik baca dengan cepat, maupun dengan tartil. (HR Ahmad). Dari Abu Umamah ra, Rasulullah SAW bersabda, “Bacalah Al-Qur’an, karena ia akan datang pada hari kiamat, sebagai pembela pada orang yang mempelajari dan mentaatinya.(HR Muslim).
Dari An Nawas bin Sam’an, Rasulullah SAW bersabda, Pada hari kiamat akan didatangkan Al-Qur’an dan orang-orang yang mempraktekan di dunia, didahului oleh surah Al Baqarah dan Ali Imran yang akan membela dan mempertahankan orang-orang yang mentaatinya.(HR. Muslim)
Setiap huruf akan mendapat 10-700 pahala, ri Ibnu Mas’ud ra, Rasulullah bersabda, Barang siapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah, maka akan mendapat hasanat dan tiap hasanat mempunyai pahala berlipat 10 kali. Saya tidak berkata Alif Lam Mim itu satu huruf, tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf, dn Mim satu huruf. (HR Tirmidzi)
Akan mendapat doa dari para malaikat, Dari Aisyah ra, Raslullah SAW bersabda, Orang yang mahir dalam membaca Al-Qur’an akan berkumpul para malaikat yang mulia-mulia lagi taat. Sedang siapa orang yang megap-megap dan berat jika membaca Al-Qur’an, mendapat pahala 2 kali lipat. (HR Bukhori, Muslim).
Akan mendapat ketenangan, Dari Al Barra bin Azib RA, Ada seorang membaca surat Al Kahfi sedang tidak jauh dari tempatnya, ada kuda yang terikat dengan tali kanan kiri, tiba-tiba orang itu diliputi oleh cahaya yang selalu mendekat kepadanya, sedang kuda itu lari ketakutan. Dan pada pagi hari ia datang memberi tahu kejadian itu kepada nabi SAW, maka bersabda nabi SAW, Itulah ketenangan (rahmat) yang telah turun untuk bacaan Al-Qur’an itu. (HR Bukhori dan Muslim) Wallahu ‘alam….

Sumber: http://beranda.blogsome.com/2007/04/03/keutamaan-membaca

Kebesaran Al Qur’an di mata Para sahabat r.a.

Para sahabat memandang kebesaran Al Quran dari kebesaran yang menurunkannya, kesempurnaannya dari kesempurnaan yang menurunkannya, mereka memandang bahwa Al Qur’an turun dari Raja, Pemelihara, Sesembahan yang Maha Perkasa, Maha Mengetaui, Maha Kasih Sayang.
Dari pandangan ini mereka menerima Al Qur’an dengan perasaan bahagia campur perasaan hormat siap melaksanakan perintah dan perasaan cemas dan harapan, serta perasaan kerinduan yang amat dalam, bagaimana tidak?, karena orang yang membaca Al Qur’an berarti seakan mendapat kehormatan bermunajat dengan Alloh sekaligus seperti seorang prajurit menerima perintah dari atasan dan seorang yang mencari pembimbing mendapat pengarahan dari Dzat yang maha mengetahui. Dan perasaan inilah yang digambarkan oleh Alloh dalam Firmannya : “Mereka orang-orang yang Alloh berikan kenikmatan kepada mereka dari para nabi dari keturunan Adam dan dari orang yang kami bawa bersama Nuh dan dari keturunan Ibrohim dan Israel (Ya’qub) dan dari orang yang yang kami beri petunjuk dan kami pilih jika dibacakan kepada mereka ayat-ayat yang Maha Penyayang mereka berrsungkur dalam kondisi sujud dan menangis. (Maryam:58)
http://ccc.1asphost.com/assalamtafsir/Alquran_Tafsir.asp?SuratKe=19&No=58#58
Sesungguhnya orang-orang yang diberi ilmu sebelumnya jika dibacakan atas mereka (ayat-ayat Alloh) mereka tersungkur dengan dagu-dagu mereka dalam kondisi sujud, mereka berkata maha suci Robb kami sungguh janji Robb kami pasti terlaksana mereka tersungkur dengan dagu-dagu mereka dalam kondisi menangis dan menambahi mereka kekhkusu’an. (Al Isra’ : 107-109)
Dari perasaan diatas menyebabkan Umu Aiman menangis ketika teringat akan wafatnya Rasululloh. Suatu saat Abu Bakar dan Umar berkunjung kepada ibu asuh Rasulalloh Ummu Aiman dan ketika mereka duduk, menagislah Ummu Aiman karena teringat wafatnya Rasulalloh maka berkatalah Abu Bakar dan Umar, Kenapa anda menangis sementara Rasululloh mendapatkan tempat yang mulia? Ummu Aiman menjawab, Saya menangis bukan karena meninggalnya beliau melainkan karena terputusnya wahyu Alloh yang datang kepada beliau pada pagi dan petang hari, maka saat itu pula meledaklah tangisan mereka bertiga.

Dari perasaan diatas para sahabat membaca dan menerima Al-Qur’an untuk dilaksanakan secara spontan tanpa menunggu-nunggu dan tanpa sedikit protes walau-pun hal itu bertentangan dengan kebiasaan mereka, tapi mereka bisa menundukkan perasaan mereka dengan cinta mereka kepada Alloh.
Ketika turun perintah untuk memakai jilbab pada surat Al Ahzab : 59, malam hari Rasulalloh menyampaikan ayat itu kepada para sahabat, pagi harinya para istri sahabat sudah memakai jilbab semua, bahkan `Aisyah mengatakan, Sebaik-baik wanita adalah wanita Anshor mereka diperintah pakai hijab pada malam hari sementara pada paginya mereka sudah memakainya bahkan ada yang merobek ordeng / kelambu mereka untuk dipakai jilbab.
Ketika diharamkannya khomer dan ayat itu sampai kepada mereka, saat itu juga langsung mereka membuang simpanan khomernya dan menuang apa yang masih di tangannya.
Salah satu rahasia keajaiban para sahabat dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an adalah keimanan mereka kepada Alloh, surga dan neraka-Nya, kepada janji-Nya sehingga mereka melakukan sesuatu yang apabila dilihat oleh orang yang tak memahami latar belakang ini akan sulit menafsirkannya.
Seperti ketika mereka membaca tentang janji Allah buat orang-orang yang berjihad karena cinta Allah, seorang sahabat yang bernama Umair bin Hamam sedang makan korma bertanya wahai Rasululloh, Dimana saya kalau saya mati dalam perang ini ? Rasululloh menjawab Di sorga, berkatalah Umair : Sungguh menunggu waktu masuk surga sampai menghabiskan makan kurma tujuh biji ini adalah sangat lama, dan ahirnya dibuanglah sisa kurma yang belum dimakan dan langsung maju perang sampai menemui syahidnya.
Kondisi keimanan yang tinggi ini menjadi episode kehidupan mereka menjadi bagian dari yang diceritakan oleh Allah dalam Al Qur’an, Hal itu seperti perhatian orang-orang Anshor terhadap orang-orang muhajirin atau perhatian mereka terhadap orang-orang yang lemah, seperti yang Allah ceritakan dalam surat Al Hasyr dimana Rasulullah kedatangan tamu dan beliau tidak memiliki sesuatu untuk menjamunya, akhirnya beliau tawarkan hal itu kepada sahabatnya siapa yang bersedia membawa tamu beliau, dengan sepontan salah satu sahabat bersedia, tetapi ketika sampai rumah ternyata istrinya bilang bahwa tidak ada persediaan makanan kecuali makan malam anaknya, maka sahabat tadi memerintahkan istrinya untuk mengeluarkan makanan tadi untuk tamunya dan mengeluarkan dua piring dan segera mematikan lampu ketika tamunya sedang makan, tamunya makan dan tuan rumah menampakkan seakan-akan makan agar dia bisa makan dengan enak, ketika sampai pagi hari sahabat tadi bertemu dengan rasul dan beliau bilang kalau Allah heran dengan apa dia lakukan maka turunlah firman Alloh ayat sembilan surat al Hasyr.
Sumber: http://dkmfahutan.wordpress.com/2007/09/20/kebesaran-al-quran-di-mata-para-sahabat-ra

Jadikanlah Al-Qur’an Sebagai Sahabat
Salah satu karunia Allah Ta’ala terbesar yang dilimpahkan kepada kita adalah Kalam-Nya yang mulia Al-Qur’an. Terkandung di dalamnya petunjuk menuju jalan yang lurus dan benar. Dengannya Allah memandu hamba-hamba-Nya kepada jalan keselamatan, baik di dunia maupun di akhirat. Seorang nashrani pun ketika mendengarkan lantunan ayat-ayat Al Qur’an dengan hati yang jernih maka hidayah Allah pun masuk kedalam relung hatinya tanpa bisa dibendung.
Tak hanya berhenti disitu, ia pun mencucurkan air mata demi mendengarkan kalam Ilahi yang mulia ini. Raja Najasyi adalah contoh yang indah untuk membenarkan klaim tersebut. Ketika beliau mendengarkan Al Qur’an yang dibacakan oleh Ja’far bin Abi Thalib radiyallahu ‘anhu.
Tidak hanya manusia, jin pun terkesima tatkala mendengarkan ayat-ayat Al Qur’an yang dilantunkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka terdiam mendengarkan dengan penuh perhatian. Begitu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam selesai membacakannya, spontan mereka langsung beriman dan menyeru kaumnya untuk beriman. Allah Ta’ala berfirman;
Dan (ingatlah) ketika Kami hadap-kan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al-Qur’an, maka tatkala mereka menghadiri pembacaan (nya) lalu mereka berkata: Diamlah kamu (untuk mendengarkannya). Ketika pembacaan selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peri-ngatan. Mereka berkata: Wahai kaum kami, sesungguhnya kami telah mendengarkan kitab (Al-Qur’an) yang diturunkan sesudah Musa, membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus. (QS. Al Ahqaaf:30).
Al-Qur’an adalah nikmat Allah yang sangat besar. Kitab yang sarat dengan keberkahan. Akan tetapi nikmat dan barokah itu tidak akan dapat kita rasakan kecuali jika kita mau membaca, mempelajari dan merenungkannya. Sungguh merupakan suatu kerugian yang sangat besar, jika hari demi hari kita lewatkan begitu saja tanpa dihiasi oleh bacaan Al-Qur’an. Bagaimana mungkin seorang muslim tidak tertarik untuk membacanya, padahal di dalamnya terdapat berbagai informasi yang sangat ia butuhkan. Informasi dan petunjuk penting yang tak akan bisa didapat pada selain Al Qur’an.
Ketika kita hidup di zaman yang penuh fitnah seperti sekarang ini, maka kebutuhan terhadap Al-Qur’an menjadi lebih besar lagi. Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib ra pernah berkata; Sesungguhnya nanti akan terjadi berbagai fitnah (cobaan). Maka ditanyakan kepadanya: Lalu apakah jalan keluarnya?. Beliau menjawab; Kitabullah (Al-Qur’an), di dalamnya terdapat berita (riwayat) orang-orang sebelum kalian, khabar-khabar (peristiwa) yang terjadi setelah kalian dan hukum-hukum (yang mengatur) urusan kalian. Ia adalah pemisah antara yang hak dan yang bathil. Sekali-kali ia bukanlah senda gurau, siapa saja orang sombong yang meninggalkannya pasti akan dibinasakan oleh Allah. Siapa yang mencari petunjuk selain padanya, maka ia akan disesatkan oleh Allah. Ia adalah tali Allah yang kokoh, peringatan yang bijak dan ia adalah jalan yang lurus. Dengannya hawa nafsu tidak akan menyimpang.
Dengannya lisan tidak akan rancu (keliru). Keajaiban-keajaibannya tidak akan pernah habis. Para ulama tidak akan pernah kenyang darinya. Barang siapa yang bicara dengan berhujjah dengannya maka ia akan benar. Barang siapa yang mengamalkannya maka ia akan memperoleh pahala. Barang siapa yang berhukum dengannya maka ia akan adil. Barang siapa yang menyeru kepadanya maka ia akan terbimbing ke jalan yang lurus.
Al-Qur’an bagaikan air yang menyirami tanaman iman. Iman yang selalu dirawat dan disirami dengan bacaan Al-Qur’an, niscaya akan tumbuh subur.
Namun sebaliknya, hati yang jauh dari bacaan Al-Qur’an, niscaya akan gersang. Tanaman iman menjadi layu. Tidak ada musibah yang lebih besar daripada hati yang beku dan iman yang layu. Sungguh itu merupakan musibah besar bagi agama seorang hamba Allah. Rasulullah senantiasa berdo’a, Dan janganlah Engkau jadikan musibah kami menimpa pada agama kami (HR. Tirmidzi dan Al Hakim).
Sudahkah kita menjadikan membaca al-Qur’an sebagai sebuah kebutuhan? Tahukah anda, bahwa al-Qur’an adalah sekumpulan surat yang dikirim oleh Tuhan penguasa sekalian alam kepada kita sebagai hamba-hamba-Nya? Seorang yang gemar membaca Al-Qur’an akan bercahaya hatinya, lapang dadanya, rahmat Allah melimpah kepadanya, dan setiap huruf yang dibacanya akan dibalas dengan sepululuh kali lipat pahala yang baik.
Tidakkkah Rusulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah berpesan: Bacalah Qur’an, sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafa’at bagi shahabatnya (HR. Muslim).
Jadikanlah Al-Qur’an sebagai sahabat kita, niscaya syafa’atnya kan kita dapatkan.
Sumber: http://bacagerimis.wordpress.com/2005/08/01/jadikanlah-al-quran-sebagai-sahabat/

PENAWAR HATI
Pernahkan engkau merasakan keputus asaan dalam hidup? Kala menghadapi suatu masalah yang menurut diri kita tidak ada jalan keluarnya sehingga kematian dianggap sebagai solusi terbaik? Pernahkah terbersit dalam hatimu ingin mengakhiri hidupmu dengan bunuh diri? Atau berdoa kepada Allah untuk meminta dipercepat kematian kita? 'Audzubilahi mindzalik. Singkirkan pikiran itu!
Sebagai mukmin yang baik, janganlah berputus asa dengan masalah yang menimpa diri kita. Berusahalah, berdoalah, Allah pasti akan membantu kita untuk mendapatkan jalan keluarnya. Bacalah Al Qur'an, karena Al Qur'an adalah obat bagi hati yang sedang resah. Allah subhanahu wata'ala berfirman: "Dan Kami turunkan dalam Al Qur'an ayat-ayat yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman... (QS Al Isra' (17) : 82)
JIka hati sedih dan gelisah, obatnya ada dalam Al Qur'an. Jika ada penyakit dalam hati kita, obatnya ada dalam Al Qur'an. Jika engkau sedang patah hati, obatnya ada dalam Al Qur'an. Jika merasakan seakan-akan dunia ini menghimpit dirimu, maka bacalah Al Qur'an! Karena Al Qur'an adalah penawar hati, pemberi ketenangan."Dan Kami turunkan kepadamu Al Qur'an untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri" (Qs An Nahl (16): 89)
Bacalah Al Qur'an, karena Al Qur'an adalah obat hati.
Biasakanlah membacanya setiap hari, merenungi maknanya, maka akan engkau peroleh ketentraman dan kesejukan dalam hati yang tidak bisa ditulis dengan kata-kata.
Suatu saat fitnah akan merebak. Kemudian Ali bin Abi Thalib ra. pernah bertanya, "Wahai Rasulullah, apa jalan keluarnya?" Beliau bersabda: "Kitabullah (Al Qur'an) yang didalamnya terdapat berita tentang orang-orang yang terdahulu dan yang datang kemudian. Dia (Al Qur'an) adalah hukum (penentu) di antara kalian. Dialah pembeda, bukan main-main. Barangsiapa menjauhinya (Al Qur'an) karena kesombongan, Allah akan menghancurkannya. Siapa yang mencari-cari petunjuk dari selainnya, Allah akan menyesatkannya.
Dia (Al Qur'an) merupakan tali Allah yang sangat kokoh, dia merupakan peringatan yang bijaksana dan dia adalah jalan yang lurus. Dialah yang menjadikan hawa nafsu terkendali. Lisan tidak akan pernah ragu dengannya. Para ulama tidak akan merasa puas dengannya.
Dia tidak akan pernah membosankan meskipun diulang-ulang. Keajaiban-keajaibannya tidak akan pernah habis. Dialah yang membuatnya, para jin tidak kuat mendengarnya hingga mengatakan '... sesungguhnya kami telah mendengarkan Al Qur'an yang menakjubkan, (yang) memberi petunjuk kepada jalan yang lurus, lalu kami pun beriman kepadanya...' Siapa yang berbicara dengannya, ia akan berkata jujur dan benar, siapa yang mengamalkannya akan diberi pahala, siapa yang berhukum dengannnya akan berlaku adil, dan siapa yang mengajak orang kepadanya maka akan ditunjuki kepada jalan yang lurus" (HR At Tirmidzi)
Jangan remehkan Al Qur'an, didalamnya akan engkau temukan sesuatu yang menakjubkan.
Penawar hati, petunjuk, rahmat, penjelas, dan kabar gembira bagi orang yang tengah dirundung kesedihan dan kegelisahan. Sikap optimis akan engkau temukan juga setelah engkau baca Al Qur'an.
Buktikanlah duhai sahabatku.  Mulai sekarang berusahalah mencintai Al Qur'an dengan membacanya sebisa engkau lakukan.
Jangan jadikan Al Qur'an sekedar pajangan di meja belajar atau di rak-rak buku kita.
Dia mampu menyelamatkan hidupmu, mengeluarkan dirimu dari semua masalah yang menghimpit hari-harimu.
Cobalah, mulai detik ini juga! 
Kesedihan di raut wajahmu akan berubah dengan senyum kebahagiaan...Insya Allah!
sumber: http://teplok.net/index.php?option=com_content&task=view&id=34&Itemid=

Tidak ada komentar:

Posting Komentar